ILLECEBROUS
JANG RYUJIN



⠀⠀
⠀⠀Nama:
⠀⠀Jang Ryujin.
⠀⠀Nama panggilan:
⠀⠀Ryujin.
⠀⠀
⠀⠀Tempat Lahir:
⠀⠀Busan
⠀⠀Tanggal Lahir:
⠀⠀16 April 1997.
⠀⠀Kebangsaan:
⠀⠀Korean.
⠀⠀Pekerjaan:
⠀⠀- Assassin.
⠀⠀- serabutan.
⠀⠀Divisi:
⠀⠀- Blackshadow.
⠀⠀
aku bertarung
sebab nasib tak beruntung
⠀⠀
bahagia digantung
sedih meraung
hidup luntang-lantung
⠀⠀
akulah rumpang
yang belum rampung
⠀⠀

aksara berlabuh
personnalité
ISTP
ISTP (introvert, sensing, thinking dan perceiving.)
⠀⠀Jang Ryujin adalah sosok puan yang cuek dan tidak peduli dengan sekitar. Ia akan memberikan seringai tipis dan pandangan mata yang tajam ketika melihat targetnya. Ia pintar dalam menembak juga melempar pisau. Pertahanan diri dan kemampuan fisiknya cukup kuat.
⠀
Tidak suka teori dan lebih suka melakukan kegiatan fisik. Hal tersebut didukung dengan kemampuan fisik yang baik, koordinasi antara mata, tangan, dan kaki.Memiliki sisi yang suka bercanda. Namun, kurang peka terhadap kondisi perasaan seseorang.Optimis dan senang dengan kebebasan.
personnalité
Pendiam dan tidak kenal takut.Sebaiknya tidak dikekang. Memiliki konsentrasi yang bagus.Ia sulit untuk didekati.Ia yakin bahwa setiap orang seharusnya diperlakukan secara adil dan kesetaraan hak.
Tipe Korelis.
dalam lingkungan sosial memang kurang begitu memiliki banyak teman. Namun tipe koleris memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja di dalam kegiatan.

l' histoire
si nona diamuk
hingga jisimnya remuk
tak buatnya gugur
tak buat mundur
meski umpat menegur
ia jadikan pengantar tidur
l' histoire

Nona hadir di antara keluarga sederhana yang lambat laun tiada lagi hangat yang merengkuh. Sang ayah ialah sosok tentara tegas dan kasar. Sementara sang ibunda ialah sosok ibu rumah tangga yang lembut dan hangat. Mereka sangat bertolak belakang hingga suasana di dalam kediaman retak secara perlahan.
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
━━━━━Ruang Usang perihal Ayah.
⠀⠀"Ayah ampun!"
⠀⠀Beliau meninju tanpa ampun. Matanya merah menyalang seakan takingin lepaskan mangsa.
⠀⠀BUGH!
⠀⠀Hantaman demi hantaman saya telan bulat-bulat.
⠀⠀"JANGAN JADI WANITA LEMAH!" Beliau berseru seram.
⠀⠀BUGH!!
⠀⠀"Ayah... ampunㅡ UHUK!"
⠀⠀Saya merintih menahan kepalan tangan.
⠀⠀Tungkai kembar berpijak pada bentala. Begitu mendapat hantam, mereka terseret ke belakang. Raga menahan, dua kuasa berbalut kain pula menjadi tameng atas paras. Isak tertahan, rintih tertatih. Sudah penuh lebam, tapi raga tak jua karam. Satu alasan kenapa raga tak jua karam adalah ayah akan lebih memberi hantam. Pukulan kembali melayang, kuasa saya menahan.
⠀⠀BUGH!
⠀⠀Akhㅡ
⠀⠀Saya menahan suara.
⠀⠀"KUDA-KUDA! KEPAL TANGANMU RYUJIN!!"
⠀⠀Raga sudah lelah! Lemah! Ingin menyerah! Tapi, tentu saja ayah tidak akan membiarkan saya menjadi gadis yang lemah, cepat lelah dan hampir-hampir ingin menyerah. Tidak akan beliau membiarkan. Saya masih menjadi sosok gadis kecil. Tapi, perlakuan keras ayah masih terus berlangsung.
⠀⠀BUGH!
⠀⠀"BAWA TANGANMU KE ARAH WAJAH! Kau ingin wajahmu penuh lebam? Ingin hidungmu berdarah?!"
⠀⠀"Tidak ayah!"
⠀⠀Ucapan beliau selalu dengan cepat saya turuti. Kedua hasta selalu berada di depan wajah. Menghalau hantaman demi hantaman nang datang bertubi-tubi.
⠀⠀Sejak saya berumur sepuluh tahun, ayah telah mengajari saya bagaimana cara bertarung. Dua tahun berlalu dengan ayah yang sabar dan baik dalam mengajari saya. Beliau adalah kebanggan saya.
⠀⠀Lamun, suatu hari sangkala beliau pulang bertugas, beliau penuh emosi dan menjadi sosok ayah yang tidak sabaran serta kejam. Ia tak lagi lemah lembut dalam melatih. Setiap kali saya melaku salah, beliau menghukum dengan menyuruh saya berlari hingga kaki keram. Beliau pula meminta saya untuk push up, sit up, dan skotjam hingga saya hampir pinsan.
⠀⠀Hingga saat ini, tiga tahun setelah perubahan sikap ayah, saya masih tidak tahu dan mengerti kenapa ayah berubah? Kenapa ayah tidak lagi bersikap hangat? Kenapa ayah menjadi kejam?
⠀⠀Sekarang, ketika ayah memukul, ia betul-betul memukul. Pernah pula, saya yang menjadi target untuknya melempar pisau kala saya meleset melayangkan pisau atau anak panah.
⠀⠀Raga saya lambat laun menjadi kuat jua terbiasa dengan apa yang ayah lakukan.
⠀⠀"JANGAN MELAMUN BOCAH!"
⠀⠀BUGH!
⠀⠀Akh, tulang pipi saya panas bukan main. Perihnya menjalar dan saya yakin warna keunguan akan menghias pipi bagian atas saya.
⠀⠀Saya mundur berapa langkah seraya meringis kesakitan. Kemudian, saya merasakan sedikit amarah berkobar. Gigi bergelatuk lantas dengan cepat saya melangkah maju.
⠀⠀Satu layangan tinju dari tangan yang dibalut kain menembus udara dan tepat mengenai perut ayah. Tidak sekeras pukulan ayah, namun beliau sempat mengerang dan tersenyum tipis juga mata menyalang.
⠀⠀"Persetan. Kau berani, ya, Ryujin?"
⠀⠀Dan setelahnya, saya mendapat banyak pukulan namun saya menangkis juga menahannya sekuat tenaga. Walaupun, beberapa kali kecolongan untuk menahan dan menangkis, tapi saya rasa kemampuan saya boleh juga.
⠀⠀Ayah kelelahan dan ia meninggalkan saya. Ayah pasti akan pergi untuk minum alkohol hingga mabuk berat. Sebelum ia kembali, sebaiknya saya harus pergi dari ruangan bawah atau saya akan kembali menjadi samsak saat dirinya mabuk berat.
⠀⠀Maka, saya, Jang Ryujin kecil pergi berlari ke arah taman. Langit ternyata gelap kelabu. Saat itu sore hari dan seharusnya cakrawala berurna jingga sebab senja tiba. Lamun, nyatanya langit pula sehati dengan saya. Gelap, kelam, mengerang.
⠀⠀Rasa sakit pada raga menyelimuti. Hembus angin membuat saya bergidik. Perih sebab ada beberapa luka yang diselimut darah. Setiap hari mengalami. Setiap bulan melewati. Setiap tahun telah saya rasakan. Tak ada lagi tangis yang meraung saat ini. Mungkin sebab sudah terlalu lelah dan merasa percuma.
⠀⠀Nestapa saya rasa, nelangsa sudah biasa. Raga dibawa oleh tungkai kembar, tidak karam. Saya melungguh di sebuah ayunan. Suasana taman sunyi sebab sepertinya hujan akan turun. Kepala mendongak menatap langit kelabu. Ia tampak sakit. Kilat terlihat namun tidak bersuara.
⠀⠀Apakah langit tengah mengalami apa yang saya rasa? Bungkam menahan sakit?
⠀⠀Suara guntur lantas terdengar membahana. Sangat keras hingga membuat beberapa orang mungkin berteriak sebab terkejut. Saya? Hanya mengerjap pelan.
⠀⠀Bahkan, langit yang sakit pula bisa berteriak melalui gunturnya. Lantas, kenapa saya tidak?
⠀⠀Guntur kembali terdengar menggelegar. Langit marah dengan warna kelabu gelap. Apakah amarah sang langit betul-betul berteriak melalui gunturnya? Apakah hujan yang akan turun adalah tangis isak sang langit?
⠀⠀Kenapa mereka membiarkan saya mengetahui amarah mereka?
⠀⠀Apakah langit ingin menunjukkan bahwa marah dan tangis boleh saya lakukan? Saya masih menatap langit dengan kepala mendongak.
⠀⠀Sudut bibir berwarna kehijauan juga sedikit berdarah. Kedua kuasa masih bergetar sebab menahan hantaman dari ayah.
⠀⠀Tuhan...
⠀⠀Kenapa saya tidak bisa bahagia seperti anak-anak seusia saya? Kenapa saya tidak mendapatkan kasih sayang seperti anak-anak yang lain? Kenapa saya tidak mendapatkan bagaimana rasanya hidup sederhana dan menyenangkan seperti yang lain?
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
━━━━━Ruang Usang perihal Ibu.
⠀⠀
⠀⠀Tertatih.
⠀⠀Letih.
⠀⠀Merintih.
⠀⠀Isak.
⠀⠀Sesak.
⠀⠀Melesak.
⠀⠀Adalah saya yang suah letih hingga tertatih sampai merintih. Adalah ibu yang penuh isak hingga sesak pula melesak.
⠀⠀Kisah kami berdua penuh derita di setiap cerita selalu meronta.
⠀⠀"Ibu..."
⠀⠀"..."
⠀⠀"Ibu? Kenapa?"
⠀⠀Ibu tidak jua menjawab. Beliau malah menangis terisak namun tanpa suara. Bahunya berguncang hebat, tubuhnya gemetar. Beliau terlihat sangat ketakutan.
⠀⠀Saya terdiam melihat ibu yang seperti itu. Merengkuhnya dalam pelukan tubuh mungil saya adalah hal yang bisa saya laku. Semua ini pasti sebab ayah. Ibu pasti kena pukul atau kekerasan lagi.
⠀⠀"Nak, ayo pergi dengan ibu? Kita pergi ke Pulau Jeju."
⠀⠀Ada secercah harapan yang muncul begitu mendengar ajakan ibu. Saya senang, tentu saja. Siapa yang tidak ingin terlepas dari bajingan yang suka menyiksa? Siapa yang tidak ingin bebas dari si brengsekㅡayah saya?
⠀⠀Takdir semesta begitu keji hingga membuat sosok ibu jatuh hati dengan ayah yang seorang tentara. Lamun, dahulu ayah memang segalanya. Ayah adalah panutan dan ayah yang terbaik yang pernah saya kenal.
⠀⠀Saya mengangguk setuju. Ibu mari pergi bersama. Ibu tersenyum sembari mengusap hangat pipi saya. Beliau pula mengangguk seraya meneteskan air mata. Sementara saya baru saja hendak untuk menggenggam tangan ibu, tapi sesuatu telah menarik saya dari kenyataan.
⠀⠀"SIAPA YANG MENGIJINKAN KALIAN PERGI?!"
⠀⠀Erangan sebab tangan yang ditarik paksa oleh Ayah terdengar. Saya terpisah oleh ibu yang kini masih terduduk sembari menunduk dalam-dalam.
⠀⠀Menangis adalah hal yang kami lakukan. Memang apa yang kau harapkan? Melawan? Belum saatnya. Ibu mencoba mendekat pada saya, tapi ayah menghalangi. Kami menangis sebab tidak bisa melawan ayah.
⠀⠀"Kamu kalau ingin pergi, silakan. Jangan ajak Ryujin."
⠀⠀Saya menggelengkan kepala sembari menatap ibu dengan wajah memelas. Ibu menatap saya dengan terisak. Tak lama, ayah melayangkan pukulan pada ibu membuat ibu berteriak histeris. Saya pula lantas mencoba menahan pergerakan tangannya. Namun, saya masih lemah.
⠀⠀Ayah menghentakan tangannya dengan kuat membuat saya tersentak hingga terjatuh.
⠀ Anjing!
⠀⠀BANGSAT!
⠀⠀Saya hanya berteriak dalam hati. Geram akan semua tindak keji. Beliau sudah tak punya hati. Ingin rasanya memaki. Kapan beliau mati?! KAPAN?! Bajingan yang bersembunyi pada titel tentara. PERLAKUKAN ISTRI DAN ANAKMU DENGAN BAIK!
⠀⠀"Hey, kalau ingin pergi, pergi saja! JANGAN AJAK Ryujin PERGI."
⠀⠀TIDAK!
⠀⠀IBU JANGAN TINGGALKAN SAYA!
⠀⠀JANGAN PERNAH!
⠀⠀Ryujin TAKUT, BU!
⠀⠀"Tidak. Ryujin juga anakku. Aku tidak akan meninggalkannya."
⠀⠀Saya menangis, terisak, pedih, sakit.
⠀⠀Menit berikutnya, Ayah menampar ibu hingga beliau terjatuh dan menangis tersedu-sedu. Pipinya merah bukan merona. Panas pastilah beliau rasa, pula sakit baik di pipi maupun di hati.
⠀⠀Ibu takmenatap Ayah, hanya menatap saya yang masih terkejut akibat apa yang ayah lakukan di depan kedua netra saya. Menitikkan tirta pada netra sudah bukan lagi hal aneh, saya menangis menatap ibu yang tak berdaya.
⠀⠀Ibu berucap tanpa suara dan saya bisa menangkap maksudnya.
⠀⠀'Maafkan ibu, Nak.'
⠀⠀Kemudian ia beranjak dan lari ke kamar. Saya tidak mengerti kenapa beliau meminta maaf? Bukan kah seharusnya ayah saya yang bajingan itu yang meminta maaf pada ibu?
⠀⠀Namun, bukannya permintaan maaf, si bajingan malah terkekeh. Ingin rasanya saya meninjunya dengan segala emosi yang ada. Ha, lagi-lagi saya sadar diri. Saya hanya bocah cengeng yang bisanya menitik air mata. Menahan rengek dan isak. Memendam dendam yang saya redam.
━━━━━━━
⋆
⋆
⋆
⠀⠀Kemudian,
⠀⠀ ⠀⠀pada menit-menit belalu,
⠀⠀ ⠀⠀ibu keluar dari kamar.
⠀⠀ ⠀⠀Lantas membuat saya kelu.
⠀⠀Satu tas jinjing beliau genggam. Saya di sini menahan geram, pula sakit-sakit pada lebam. Beliau bilang tak 'kan pergi. Tak akan tinggalkan saya sendiri. Namun, sekarang beliau berdiri, dan hendak berlari.
⠀⠀Semesta memang senang mempermainkan. Pada bocah seperti saya yang butuh pelukan. Pula rengkuhan, dari sosok yang punya peran melahirkan.
⠀"Bu, mau kemana? Jangan pergi,"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀"Ryujin sayang, maafkan ibu, nak."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀━━━━━━━
⋆
⋆
⋆
⠀⠀Maka, pada berlalunya detik,
⠀⠀hidup saya semakin pelik.
⠀⠀Tangis semakin rintik,
⠀⠀si tuan bajingan mendelik.
⠀⠀ ⠀⠀ ⠀⠀ Hidup muram,
⠀⠀ ⠀⠀ ⠀⠀ suram, seram,
⠀⠀ ⠀⠀ ⠀⠀ kelam, tenggelam,
⠀⠀ ⠀⠀ ⠀⠀ dalam malam.
⠀⠀ ⠀⠀Saya hancur,
⠀⠀ ⠀⠀lebur dan tak teratur.
⠀⠀ ⠀⠀
⠀⠀ ⠀⠀Tangguh,
⠀⠀ ⠀⠀lantas sembuh.
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
⋆
━━━━━Singgah Tiada Lelah.
Saya tangguh,
lantas sembuh.
⠀⠀Waktu bergerak dengan cepat saat insiden penembakan ayah di rumah berlangsung. Ayah hendak pergi bertugas, namun tiba-tiba saja suara pelatuk ditarik membahana pada kediaman kami. Ayah berteriak mendawuh saya untuk berlindung sementara beliau hendak melawan dan menghentikan beberapa orang tak dikenal tersebut.
⠀⠀Saya mengikuti perintahnya kemudian berlari melalui jendela kamar. Begitu pasang tarsal menjejak di luar rumah, saya bergeming menatap sosok pria lain yang membawa senjata api menemukan saya. Saya ingat dengan jelas tatap datarnya kemudian berucap, “Sembunyi, Nak. Cepat.”
⠀⠀Lantas, saya kabur dan bersembunyi. Sosok tuan yang mengaku Tuan Kim kemudian menemukan saya. Singkat cerita, saya tinggal di panti asuhan dan melanjutkan sekolah menengah atas hingga lulus. Suatu hari saat pulang dari kelulusan sekolah, Tuan Kim mengajak saya ke suatu tempat tersembunyi kemudian berucap bahwasanya beliau mendapatkan informasi perihal pria yang meminta saya untuk bersembunyi tiga tahun lalu.
⠀⠀Hari-hari berlalu hingga saya akhirnya tiba di Gangnam dan bertemu dengan Tuan Jang. Tinggal bersamanya jua sosok tuan lain di sana. Kami cukup banyak berbincang bahkan ia pernah bersedia untuk menjadi wali kala saya menjejak perguruan tinggi.
⠀⠀Namun, bulan-bulan berlalu sampai di mana Tuan Jang tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Pun, laun-laun saya jua mulai terendus keberadaannya entah oleh siapa. Beberapa pria kekar menghadang saya di tengah jalan kemudian menikam saya hingga saya harus dilarikan ke rumah sakit. Beruntung, saya selamat.
⠀⠀Namun, saat pagi menjelang, saya kabur dengan kondisi yang mengkhawatirkan sebab saya harus pergi sebelum para pria kekar tersebut kembali mencari saya. Saya hilang untuk menyiapkan segala hal dan menyembuhkan diri kemudian kembali datang ke kota Gangnam dengan dua kepal kuasa yang siap melayangkan tinju untuk pria-pria kekar bajingan itu.
⠀⠀Jadi, sudah enam bulan saya menghilang dan kini hadir kembali di dalam bayang kelam Kota Gangnam.